Rabu, 20 November 2013

Terbentuknya Gunung Muria dan Lasem



Sejarah dan Status Gunung Muria dan Gunung Lasem

Pulau Gunung Muria
Tidak banyak yang bisa diketahui tentang sejarah gunung Muria dan Lasem. Diperkirakan gunung Muria berusia tidak terlalu tua dibandingkan gunung-gunung lainnya. Gunung ini baru terbentuk sekitar 1 juta hingga 10.000 tahun sebelum Masehi.

Masih menurut perkiraan beberapa ahli, gunung Muria dan Gunung Lasem dulunya merupakan sebuah pulau vulkanik yang terpisah dari daratan pulau Jawa. Dalam kurun 500 – 1000 tahun terakhir, pulau Muria dan Lasem  ini kemudian menyatu dengan pulau Jawa akibat sedimentasi dan subduksi lempeng. Dugaan ini diperkuat catatan HJ De Graaf dan Th G Pigeaud (Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram; Grafiti Pers, 1985) yang mengisahkan jalur perdagangan pada masa lalu yang dilakukan dari Semarang – Demak langsung menuju Rembang dengan melalui selat sempit diantara Jawa Tengah dan pulau Muria.


Dahulu pusat Kerjaan Demak terletak di tepi pantai Selat Muria yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Pulau Muria. Kapal dapat berlayar dengan baik saat melewati selat yang cukup lebar. Oleh karena itu dalam sejarah, Kerajaan Demak pernah disebut sebagai Kerjaan Maritim.
Tetapi setelah abad ke-17, selat Muria sudah tidak dapat dipakai berlayar setiap saat, karena terjadi pendangkalan yang disebabkan proses sedimentasi. Orang dapat berlayar selama musim hujan dengan sampan lewat tanah yang tergenang air, mulai dari Jepara sampai Pati, di tepi Sungai Juwana. Pada tahun 1657, Tumenggung Pati mengumumkan niatnya untuk menggali saluran air baru dari Demak ke Juwana, sehingga Juwana dapat menjadi pusat perdagangan. Boleh jadi, ia ingin memulihkan jalan air lama, yang seabad sebelumnya masih bisa dipakai.
Dan akhirnya sampai sekarang karena proses pengendapan tanah (sedimentasi) pada jalur air tersebut, Selat Muria benar-benar hilang. Dan Pulau Jawa dan Pulau Muria menjadi satu seperti saat ini. Daerah Juwana sendiri kalau berdasar teori ini berarti awalnya adalah laut yang lambat laun mendangkal menjadi payau atau rawa-rawa.
Jejak jalur air dari selat tersebut bisa dilihat dari daerah aliran Sungai Silugonggo saat ini. Kita bisa membayangkan bahwa dahulu sungai itu merupakan sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Muria.
Perlu kita tahu bahwa sampai saat ini daerah-daerah banjir di wilayah Demak, Kudus dan Pati merupakan daerah-daerah yang dulunya adalah jalur Selat Muria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar